Dampak Ganja Bagi Manusia


Daun ganja seringkali dijadikan obat. Namun, menghisapnya secara teratur dapat menyusutkan otak. Tidak hanya itu, konektivitas otak ternyata dinilai dapat meningkat.

Penelitian dari Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) Amerika Serikat memaparkan efek jangka panjang dari ganja. Terlebih bagi pengguna berusia muda, ganja dapat mengurangi volume otak dan tingkat kecerdasan pada orbitofrontal cortex (OFC), area otak yang mampu menentukan keputusan.

PNAS mengumpulkan 48 orang dalam penelitiannya, dengan usia rata-rata 18 tahun dan semuanya sudah menghisap ganja antara usia 14 dan 30 tahun. Rata-rata mereka mengkonsumsinya tiga kali sehari. Sebagian mengaku telah menjadi pengguna aktif selama 10 tahun dan sisanya selama tiga dekade.

Kelompok pengguna tersebut kemudian dibandingkan dengan kelompok berisikan 62 non-pengguna ganja dengan rata-rata usia dan jenis kelamin yang sama. Mereka menjalain tes urin dan IQ serta MRI scan.

Ketua peneliti Francesca Filbey menyampaikan bahwa hasil tes IQ dari kelompok pengguna lima poin lebih rendah ketimbang hasil kelompok non-pengguna.

"Walau penelitian kami tidak menyimpulkan secara gamblang, hasil IQ yang lebih rendah adalah akibat langsung dari konsumsi ganja, tapi efek ini mengarah pada perubahan yang terkait dengan lamanya waktu penggunaan ganja," ujar Filbey, dikutip dari CNN.

Filbey juga mengutarakan, semakin muda usia pengguna mulai mengkonsumsi ganja, maka semakin banyak pula yang menyatakan perubahan pada otak.

Menurutnya, masa remaja adalah masa dimana otak mulai matang dan mendewasa, sehingga kontaminasi zat beracun dapat mengatur bagaimana nasib otak nantinya.

Sementara hasil MRI scan menunjukan kegiatan menghisap ganja setiap hari dapat menyusutkan otak bagian OFC. Dari laporan Guardian, ahli saraf meyakini kerusakan pada OFC bisa mengarah kepada penyakit mental.

Disamping penurunan daya kecerdasan, PNAS menemukan konektivitas otak yang meningkat pada pengguna ganja kronis. 

Konektivitas di sini maksudnya adalah ketika bermacam bagian di otak terhubung satu sama lain akan menciptakan pemahaman beradaptasi bagi manusia. Konektivitas ini juga membantu pikiran untuk menciptakan pergaulan.

Peningkatan tersebut terjadi ketika si pengguna mulai mengkonsumsi ganja. Setelah enam sampai delapan tahun, peningkatan konektivitas secara struktural mengalami penurunan, namun para pengguna tetap memiliki konektivitas tinggi dibanding non-pengguna.

"Hal ini mungkin cukup menjelaskan mengapa pengguna ganja kronis terlihat baik-baik saja, padahal bagian OFC mereka telah menyusut," terang Filbey.

Mengacu pada efek dari bahan utama ganja tetrahydrocannabinol (THC), penelitian PNAS mengungkapkan, permasalahan kecerdasan otak (gray matter) akan lebih rapuh ketimbang sumsum otak (white matter).

Kabarnya penelitian selanjutnya akan mengamati non-pengguna secara jangka panjang untuk melihat adakah faktor-faktor dasar seperti kondisi sebelum terkontaminasi THC dan bahan-bahan psikoaktif yang dapat memperdalam efek-efek tersebut.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment