Pengaruh Teknologi dan Game




Generasi muda masa kini alias generasi Y, yaitu mereka yang lahir pada akhir tahun 1980 dan awal 1990, dikatakan sudah ‘melek teknologi’ sejak lahir.

Sejak kecil generasi Y sudah disuguhi televisi, telepon genggam, berbagai macamvideo games dan menjadi saksi hidup evolusi teknologi 30 tahun belakangan ini.

Generasi Y dianggap sudah menjadikan teknologi sebagai bagian alamiah dari lingkungan mereka, sehingga penggunaan media sosial untuk berinteraksi dengan keluarga dan teman serta bermain video games untuk menghilangkan stres sudah sangat lumrah untuk mereka.

Munculnya internet juga semakin memantapkan posisi generasi Y dalam membentuk komunitas baru yang tidak terhalang ruang dan waktu, seperti berteman dan berbisnis dengan orang-orang yang berbeda negara.

Beberapa studi menunjukkan bahwa tiga perempat dari anak muda percaya bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa teknologi dan lebih dari separuh mengaku bahwa mereka merasa paling gembira saat sedang menggunakan internet.

Dunia game juga ikut ‘berpindah’ ke dunia nyata para generasi Y, ditandai dengan banyaknya dekorasi kamar penuh dengan karakter game bahkan membuat acara pernikahan dengan tema game.

Untuk anak-anak yang lahir di tahun 2000-an, penetrasi teknologi yang meningkat juga dilaporan oleh Childwise dengan hasil bahwa 8.6 juta (73%) anak-anak di Inggris memiliki laptop, PC atau tablet dan menhabiskan waktu 2.5 jam untuk menonton televisi dan 1.5 jam untuk menggunakan internet setiap harinya.

Meskipun internet dan teknologi sangat membantu segi sosial dan pendidikan untuk generasi tua dan muda, ketergantungan terhadap teknologi dan internet juga mendatangkan sisi negatif yang tidak dapat dihindari.

Studi dari Marketing Week menunjukkan bahwa anak-anak muda mengaku bahwa mereka main game secara berlebihan, bergantung pada handphone dan tidak punya waktu untuk berinteraksi langsung dengan orang lain.

Menghabiskan waktu berjam-jam di internet menyebabkan para generasi muda kurang aktif sehingga meningkatkan risiko kegemukan serta berbagai penyakit lainnya. Tidak hanya kesehatan, perkembangan sosial dan mental juga terganggu.

Dilansir dari Socialnomics (22/7/14), beberapa studi menunjukkan bahwa teknologi mengurangi kemampuan motorik anak-anak dalam bermain membangun blok-blok bangunan serta sulit mengerjakan ujian yang menggunakan kertas dan pensil.





Fenomena baru yang dinamakan ‘demensia digital’ juga menunjukkan bahwa generasi muda menderita gangguan daya ingat dan berkurangnya kecerdasan dan konsentrasi.

Dengan kemudahan mengakses informasi dalam ‘sekali klik saja’ di internet, generasi muda mengalami kesulitan dalam berpikir dan mengingat detil sepele. Anak-anak memiliki risiko yang paling besar karena otak mereka masih dalam tahap pertumbuhan.

Lalu apakah teknologi itu baik atau buruk? Tentunya jawaban yang tepat adalah teknologi tidak dapat diperlakukan secara naif dan ‘hitam putih’.

Manusia diciptakan untuk hidup seimbang, sehingga keunggulanyang diberikan oleh teknologi dapat dimanfaatkan secara maksimal, sementara keburukannya dapat dicegah dengan tetap melakukan berbagai kegiatan offline, seperti berolahraga dengan teman, maingame tradisional seperti board game dan mengajari anak untuk mewarnai buku bergambar.
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
Anonymous
admin
Wed Jul 23, 05:39:00 AM ×

mksih infonya , bermanfaat sekali buat anak saya

Reply
avatar
Thanks for your comment