Penghargaan Ramon Magsaysay 2014





Seorang wartawan investigasi dan pembela lingkungan dari Cina, dan seorang guru rimba dari Indonesia termasuk diantara enam pemenang Ramon Magsaysay Award 2014, sebuah penghargaan setara Nobel untuk Asia.

Lima individu dan sebuah organisasi yang berasal dari Cina, Afghanistan, Pakistan, Indonesia dan Filipina diakui sebagai “mercu suar kemajuan Asia,“ kata Carmencita Abella, presiden Yayasan Ramon Magsaysay Award Foundation yang bermarkas di Manila, Filipina.

”Mereka semua menciptakan solusi yang penting kepada berbagai masalah yang berakar di dalam masyarakat wilayah masing-masing, masalah-masalah yang paling merusak kehidupan mereka yang terjebak dalam kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan sistem,” kata dia ketika mengumumkan pemenang 2014.

Pemenang utama Hu Shuli, 61, berasal dari Cina, yang mendirikan Caijing, sebuah majalah bisnis yang dikenal karena berbagai laporan investigasi yang berhasil menyeret sejumlah pejabat publik ke pengadilan dan mendorong pelaksanaan reformasi pasar saham.

Dia kemudian meninggalkan Caijing dan mendirikan Kelompok Media Caixin, sebuah organisasi multi-media berbasis di Beijing yang melakukan penyelidikan atas penipuan yang dilakukan perusahaan serta korupsi pemerintah.

”Dikagumi oleh para rekannya di Cina dan luar negeri, ia telah mengubah lanskap media Cina,” kata Yayasan Magsaysay tentang Hu. ”Ia adalah contoh jurnalisme yang bekerja di dalam sistem, namun menyisakan jarak kritis yang menjadi kekuatan jurnalismenya.”

Yayasan itu juga mengutip Wang Canfa, 55, seorang pembela lingkungan dari Cina yang mendirikan Pusat Bantuan Hukum bagi Para Korban Polusi, yang mengajukan ratusan gugatan untuk menghentikan proyek-proyek yang merusak lingkungan dan mengamankan kompensasi bagi para korban.

Direktur National Museum of Afghanistan di Kabul, Omara Khan Masoudi memenangkan penghargaan karena mempertaruhkan nyawanya untuk mengamankan harta karun bersejarah dari para pencuri dan dari perusakan selama rezim Taliban berkuasa.

Guru sekolah rimba

Antropolog Indonesia Saur Marlina "Butet" Manurung dan seorang guru dari Filipina Randy Halasan mendapat pengakuan karena dedikasi dan kepemimpinan mereka untuk memastikan anak-anak yang terpinggirkan mendapat pendidikan.

Butet Manurung, 42 tahun, mendirikan “sekolah rimba” bagi anak-anak Orang Rimba, yang tinggal di hutan, dan telah memberi manfaat bagi 10.000 anak-anak dan orang dewasa.

Sementara Halasan, 31 tahun, melobi pemerintah untuk mempeluas sekolah bagi penduduk suku asli yang tinggal di daerah-daerah pedalaman sebelah selatan Filipina.

Sementara organisasi The Citizens Foundation dari Pakistan, mendapat pengakuan karena menyediakan pendidikan bagi para anak-anak di seluruh negeri.

Para pemenang akan mendapat penghargaan dalam sebuah upacara penghormatan di Manila pada 31 Agustus mendatang dan masing-masing akan menerima hadiah uang tunai 50.000 US dollar.

Penghargaan Magsaysay didirikan sejak 1957 untuk menghormati kenangan dan kepemimpinan bekas presiden Filipina Ramon Magsaysay, yang tewas akibat kecelakaan pesawat terbang.
Previous
Next Post »
Thanks for your comment